skip to main |
skip to sidebar
My weekend golf buddy, posed together on 18th tee in Sentul Highland golf course. Bersama teman teman inilah kita membawa ke tataran permainan 'rakyat', lengkap dengan 'pisuhan pisuhan' Jowo-nya.. Hehehe
I found and bought this Javanese traditional game from Jogja. It's great to see Aya loves to play Dakon in the era of computer games and television. And she's good at it too!
Mumpung suasana lebaran masih terasa, aku dan keluarga kakak-kakakku (Mas Oyi dan Mbak Wiek) berhalal bihalal dengan Bude Kris, kakak satu-satunya dari Almarhum Papa di Pulo Gebang.
Akhirnya pada jam 11.30 malam sampai kembali ke Jakarta! Alhamdulillah walaupun jalanan ramai, tapi kami sama sekali tidak mendapati kemacetan.
Now it's time to catch some rest!
Kalau anda sudah pernah melalui jalur utara dan selatan pulau Jawa di daerah Jawa Tengah pasti sudah tahu dengan teknik marketing dari grup restoran "Pringsewu". Sejak dari puluhan kilometer sebelum lokasi restorannya, papan reklame restoran ini yang berwarna kuning mencolok sudah "mengingatkan" anda terhadap menu masakan, fitur ataupun layanan dari restoran ini. Dan reklame ini diletakkan hampir di setiap kilometer, sehingga anda dipastikan tidak akan tidak membacanya. Misalnya "Sop Buntut 48 km lagi", atau "Kursi Pijat Elektrik di Pringsewu 33 km, "Tempat Parkir Luas 25 km", bahkan "Sulap Setiap Hari di Pringsewu". Saya akui ini teknik marketing yang sangat efektif, buktinya saya pasti tergugah untuk mampir ke restoran ini, dan tampaknya banyak mudikers yang melakukan hal yang sama! Foto diambil di restoran Pringsewu di Jalan Majenang-Banjar, sekitar 200 km dari Bandung.
Jalur selatan memang lebih melelahkan. Selain rutenya yang lebih panjang, jalannya pun kecil dan berkelok-kelok. Akibatnya waktu istirahat jadi lebih banyak. Dimulai dengan istirahat makan siang di Restoran "Sari Bahari" selepas Kebumen. Semua mobil yang mampir berplat nomor "B", alias dari Jakarta.
Inilah obat mujarab yang sanggup membuat Aya dan Rafif betah menempuh perjalanan jauh: Movie on the Road. Tak kurang dari 6 judul film kita saksikan di mobil. Lumayanlah walau kadang berbahaya kalau sang supir ikut-ikutan menonton!
Berbeda dengan jalur utara, pulang ke Jakarta melalui jalur selatan menawarkan berbagai macam rute. Banyak persimpangan dan jalan alternatif yang bisa diambil, yang kadang dapat membingungkan. Untungnya dalam mudik kali ini, teknologi GPS sudah bisa dihadirkan dalam mobilku. Dengan perangkat PDA HP iPAQ rx4500 dan Garmin GPS 10, dan aplikasi Nusamap + Garmin Que, all roads are covered. Sangat membantu untuk orang orang "pelupa jalan" seperti aku.
Resep bagi keluarga muda yang membawa anak anak kecil saat liburan, tapi ingin untuk klangenan makanan makanan vintage: kenyangkan dulu anak-anak di hotel atau McDonalds, baru orang tuanya makan. At least, it worked for us in Jogja. Pagi hari sebelum kembali ke Jakarta, kita sempatkan sarapan di SGPC Bu Wiryo.
Another vintage food! Another our old time favourite. Nasi goreng kambing kotabaru. Still tastes the same after more than 12 years.
Ke Jogja belum terasa lengkap bila belum ke Malioboro. Lebih lengkap lagi kalau jalannya mbecak. Elok dan Aya after shopping in Mirota.
Sempat mampir melewati Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, kampus ku dulu. Dari dulu gedung kampus ini selalu yang terbagus di kompleks UGM. Mobil mobil dosennya juga :-)
Ini dia tempatku dulu bermukim saat kuliah di Jogja. Beralamat di Pogung Baru AIII/6, rumah kontrakan yang kita juluki sebagai 'Wisma Gembira' ini dulunya dihiasi dengan aktivitas2 ceria seperti gitaran, nonton bersama, tanding SEGA, dll. Kini sedih juga melihat this place is a bit abandoned.
Semakin lama, Jalan Kaliurang Jogja semakin terlihat semrawut. Penuh dengan plang reklame di kanan kiri.
Common sense does tell you that going to popular public place such as Borobudur in a peak season is not always a good idea. Especially in hot and humid condition we experienced today. But nevertheless, Aya and Rafif had fun, amid being drained and exhausted in the end. It's me who is pictured with Aya near the main center stupa.
Sampai di Jogja, aku dan Elok bertekad untuk memuaskan rindu makanan favorit kita di masa kuliah dulu. Salah satunya Soto daging Pak Sholeh, Tegalrejo. Wuah, empuk empal gajihnya, dan segar kuah sotonya memang tak terkalahkan!
The entrance to Losari. The report reception is seen on the background. The area has international standard villas and restaurant. The visitors of this resort mostly are foreign tourists. While staying in this resort, the visitors can have coffee plantation tour, take a scenic trip of steam powered train in Ambarawa, visit Borobudur temple, or simply spend a day in the resort pool and spa.
Losari home brew coffee, served with brown sugar, fresh milk, cinnamon stick, and delicious croissant: a perfect javanese coffee for all. Highly recommended!
Dalam perjalanan ke Jogja, kita menyempatkan diri mampir untuk makan siang di Losari Coffee and Plantation, di Grabag, kabupaten Magelang, sekitar 5-10 km lepas Ambarawa. Hari ini juga merupakan anniversary aku dan Elok yang ke 9. Alhamdulillah our love remains strong, dan dikaruniai dua anak yang sholeh, Aya dan Rafif.
Gereja Immanuel, atau yang lebih akrab dipanggil 'Gereja Blenduk' oleh warga Semarang. Berlokasi di area 'Kota Tua' Semarang, yang belum lama ini direnovasi karena menyimpan potensi wisata tersendiri. Kini beberapa restoran 'fine dining' mulai bermunculan di area ini.
Elok is packing in the luggages into our car, shortly after checking out from Hotel Ciputra. Next stop: Jogja.
Jangan terkecoh dengan beragam merk wingko babad yang beredar di pusat oleh oleh jalan pandanaran Semarang. Wingko yang paling enak, ya Wingko Babad cap Kereta Api buatan D. Muljono. Suasana 'kemruyuk' antri di tempat penjualan resminya di Jalan Cenderawasih.
Semarang's most prominent landmark, Simpang Lima, as viewed from our hotel, Ciputra. On weekends this huge field will be filled in by crowds and attractions.
Berlibur bersama anak agak menghambat keinginan untuk berwisata kuliner, mengunjungi tempat-tempat makan 'vintage'. Karena biasanya tempat makan seperti itu lokasinya nyempil, rame, dan kurang representatif. Komprominya ya seperti ini, makan malam di restoran Kampung Laut, branded as 'Restoran paling jembar (luas) di Semarang'.
Berlokasi di dekat PRPP, tempat makan ini memang amat luas, dan memiliki setting kampung di atas laut yang pasti membuat anak-anak excited. Makanannya pun enak, walau terbilang agak mahal.
Jalan Tegalsari I, jalan tempat Mbah Mintardjo dulu bertempat tinggal. Area ini adalah tempat kita bermain semasa kecil bersama saudara, saat berlibur ke Semarang setiap tahun. We have lots, lots, and lots fun memories here.
Inilah salah satu tujuan 'Mudik' bagiku: nyekar, memanjatkan doa bagi kedua orang tuaku yang telah lama berpulang. We all miss you Papa and Mama... Rest in Peace. We are all grown up and alright now.
Rafif posed inside the beautiful Masjid Agung in Semarang, setelah shalat maghrib. Shalat di masjid masjid besar sungguh memberi sensasi khusyuk tersendiri.
Menyempatkan mampir di sentra batik pekalongan. Penasaran melihat orang orang ngantri membeli Es Teh wangi 'Enak', so I also lined up for two.
Mampir istirahat dulu di Restoran Pringsewu, beberapa km lepas Tegal.
Berangkat setelah shalat subuh membawa berkat kenikmatan mengemudi, karena jalan yang relatif masih sepi. Foto diambil di jalan tol Cikampek, saat matahari baru saja terbit.
Mobil yang membawa kita 'mudik' ke Semarang, pada hari ketiga Lebaran 2007. Saat sedang parkir membeli kopi di salah satu rest area di Tol Cikampek.
Demikian dulu kita biasa menulis cerita semasa kecil. Kini, berlibur di rumah nenek diwarnai dengan Playstation dan aktivitas menggambar bersama. Seperti yang dilakukan oleh Aya dan Rafif.
Alhamdulillah! Hari fitri telah tiba. Saatnya berkumpul bersama keluarga, saling memaafkan, dan berupaya menjadi muslim yang lebih baik tahun ini. Foto diambil saat shalat ied di masjid Al-Falah Bambu Apus bersama kakak ipar dan mertua.
Jakarta central business district today. Empty streets and offices as most people is on leave for Idul Fitri festive season.
We should all be grateful. During our visit to 'Tunas Bangsa' Orphanage (for Aya's 8th birthday commemoration), I realized how unfortunate these kids are. They never feel the love, affection, and tender touch our parents gave us back then. Our pray to all of them.
My son, Rafif, showing off his latest Lego creation, a Star Wars' X-wing star fighter. A truly Jedi material ;-).
Break the fast with college alumni. Its always good to remember those good old days.